Sejak Kapan Konflik Rusia Ukraina Terjadi?

by Jhon Lennon 43 views

Guys, pernah gak sih kalian bertanya-tanya, “Sebenarnya konflik Rusia dan Ukraina ini sudah berlangsung sejak kapan, ya?” Nah, pertanyaan ini memang sering muncul di benak banyak orang, apalagi dengan intensitas berita yang semakin meningkat belakangan ini. Jadi, mari kita bedah tuntas sejarah panjang yang melatarbelakangi konflik yang sedang terjadi. Konflik antara Rusia dan Ukraina bukan hanya sekadar isu beberapa tahun terakhir, tetapi memiliki akar sejarah yang dalam dan kompleks. Konflik ini melibatkan berbagai faktor seperti politik, ekonomi, budaya, dan identitas nasional. Untuk memahami sepenuhnya apa yang terjadi saat ini, kita perlu menelusuri kembali ke masa lalu dan melihat bagaimana hubungan kedua negara ini berkembang dari waktu ke waktu.

Sejarah Panjang Hubungan Rusia dan Ukraina

Hubungan antara Rusia dan Ukraina memiliki sejarah yang panjang dan berliku, yang dimulai sejak berabad-abad lalu. Pada awalnya, kedua negara ini memiliki akar yang sama dalam peradaban Slavia Timur, dengan pusatnya di Kyiv (Kiev). Kyiv adalah ibu kota Ukraina modern dan dulunya merupakan pusat kekuatan politik dan budaya yang signifikan bagi kedua bangsa. Pada abad ke-9, wilayah ini menjadi bagian dari negara yang dikenal sebagai Rus' Kyiv, yang merupakan cikal bakal dari Rusia, Ukraina, dan Belarus modern. Rus' Kyiv adalah federasi suku-suku Slavia Timur yang dipimpin oleh para pangeran dari dinasti Rurik. Peradaban ini memainkan peran penting dalam penyebaran agama Kristen Ortodoks dan pengembangan budaya Slavia Timur. Namun, setelah invasi Mongol pada abad ke-13, Rus' Kyiv mengalami kemunduran dan pecah menjadi beberapa kerajaan yang lebih kecil.

Seiring berjalannya waktu, wilayah yang sekarang menjadi Ukraina berada di bawah pengaruh berbagai kekuatan asing, termasuk Polandia, Lithuania, Austria-Hongaria, dan Kekaisaran Ottoman. Sementara itu, Rusia (yang berpusat di Moskow) tumbuh menjadi kekuatan yang lebih besar dan mulai memperluas wilayahnya. Pada abad ke-17, sebagian besar wilayah Ukraina berada di bawah kekuasaan Polandia-Lithuania, sementara sebagian kecil lainnya dikuasai oleh Rusia. Pada periode ini, muncul identitas nasional Ukraina yang berbeda dari Rusia, meskipun kedua bangsa masih memiliki banyak kesamaan budaya dan bahasa. Perbedaan ini semakin dipertegas oleh pengalaman sejarah yang berbeda dan pengaruh dari kekuatan asing yang berbeda. Pada abad ke-18, Kekaisaran Rusia berhasil menguasai sebagian besar wilayah Ukraina melalui serangkaian perang dan perjanjian dengan Polandia dan Kekaisaran Ottoman. Wilayah ini kemudian dikenal sebagai Ukraina Kecil atau Malorossiya dalam bahasa Rusia. Meskipun berada di bawah kekuasaan Rusia, identitas nasional Ukraina tetap hidup dan terus berkembang.

Periode Soviet dan Kebangkitan Nasionalisme Ukraina

Setelah Revolusi Rusia pada tahun 1917, Ukraina mengalami periode singkat kemerdekaan. Namun, kemerdekaan ini tidak berlangsung lama karena terjadi perang saudara yang melibatkan berbagai faksi, termasuk Bolshevik (Komunis), Nasionalis Ukraina, dan pasukan asing. Pada tahun 1922, Ukraina menjadi bagian dari Uni Soviet sebagai Republik Sosialis Soviet Ukraina (RSS Ukraina). Periode Soviet di Ukraina ditandai dengan kolektivisasi pertanian paksa, industrialisasi yang cepat, dan penindasan terhadap budaya dan identitas nasional Ukraina. Salah satu peristiwa paling tragis dalam sejarah Ukraina adalah Holodomor, atau kelaparan besar, pada tahun 1932-1933. Holodomor disebabkan oleh kebijakan kolektivisasi pertanian paksa yang diterapkan oleh pemerintah Soviet, yang mengakibatkan jutaan petani Ukraina meninggal karena kelaparan. Peristiwa ini dianggap sebagai genosida oleh banyak orang Ukraina dan tetap menjadi luka yang mendalam dalam ingatan kolektif bangsa Ukraina.

Selama Perang Dunia II, Ukraina menjadi medan pertempuran antara Nazi Jerman dan Uni Soviet. Jutaan orang Ukraina tewas dalam perang ini, dan infrastruktur negara mengalami kerusakan parah. Setelah perang, Ukraina tetap menjadi bagian dari Uni Soviet dan mengalami periode pemulihan dan pembangunan kembali. Namun, penindasan terhadap budaya dan identitas nasional Ukraina terus berlanjut, meskipun dalam bentuk yang lebih halus. Pada akhir tahun 1980-an, ketika Uni Soviet mengalami krisis ekonomi dan politik, gerakan nasionalis Ukraina mulai bangkit kembali. Gerakan ini menuntut lebih banyak otonomi dan akhirnya kemerdekaan dari Uni Soviet. Pada tanggal 24 Agustus 1991, setelah kudeta gagal di Moskow, Ukraina mendeklarasikan kemerdekaannya melalui referendum yang didukung oleh mayoritas rakyat Ukraina.

Awal Mula Konflik Modern

Okay, now let's talk about the modern conflict. Konflik modern antara Rusia dan Ukraina sebenarnya bisa ditarik akarnya dari runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. Kemerdekaan Ukraina diakui oleh Rusia, tetapi sejak awal, ada beberapa isu yang menjadi sumber ketegangan antara kedua negara. Isu-isu ini mencakup status Krimea, yang memiliki populasi mayoritas Rusia, serta masalah pembagian Armada Laut Hitam Soviet yang berbasis di pelabuhan Sevastopol di Krimea. Selain itu, ada juga masalah harga gas alam yang dijual Rusia ke Ukraina, yang seringkali menjadi alat tekanan politik bagi Rusia.

Revolusi Oranye dan Pergeseran Geopolitik

Pada tahun 2004, terjadi Revolusi Oranye di Ukraina, yang dipicu oleh kecurangan dalam pemilihan presiden. Revolusi ini berhasil menggagalkan upaya Viktor Yanukovych, yang didukung oleh Rusia, untuk menjadi presiden. Sebagai gantinya, Viktor Yushchenko, seorang politisi pro-Barat, terpilih sebagai presiden. Revolusi Oranye menandai pergeseran geopolitik di Ukraina, dengan negara tersebut semakin mendekat ke Uni Eropa dan NATO. Rusia melihat hal ini sebagai ancaman terhadap kepentingannya di wilayah tersebut dan mulai mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan pengaruhnya di Ukraina. Langkah-langkah ini termasuk dukungan terhadap kelompok-kelompok pro-Rusia di Ukraina dan tekanan ekonomi terhadap pemerintah Ukraina.

Euromaidan dan Aneksasi Krimea

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina mencapai puncaknya pada tahun 2014, ketika terjadi gerakan protes Euromaidan di Kyiv. Protes ini dipicu oleh keputusan pemerintah Ukraina, yang dipimpin oleh Presiden Viktor Yanukovych, untuk menunda penandatanganan perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa dan malah memilih untuk mempererat hubungan dengan Rusia. Protes Euromaidan berujung pada penggulingan Yanukovych dan pembentukan pemerintahan sementara yang pro-Barat. Rusia menanggapi hal ini dengan melakukan aneksasi terhadap Krimea pada bulan Maret 2014, setelah referendum kontroversial yang tidak diakui oleh sebagian besar negara di dunia. Selain itu, Rusia juga memberikan dukungan kepada kelompok separatis pro-Rusia di wilayah Donbass, Ukraina timur, yang kemudian memicu konflik bersenjata yang masih berlangsung hingga saat ini.

Konflik Bersenjata di Donbass dan Situasi Terkini

So, what's happening now? Konflik bersenjata di Donbass telah berlangsung sejak April 2014 dan telah menewaskan lebih dari 13.000 orang. Meskipun ada beberapa upaya untuk mencapai perdamaian melalui perjanjian Minsk, konflik ini masih terus berlanjut dengan intensitas yang bervariasi. Rusia terus memberikan dukungan politik, ekonomi, dan militer kepada kelompok separatis di Donbass, sementara Ukraina menerima dukungan dari negara-negara Barat. Situasi di Donbass sangat kompleks dan melibatkan berbagai aktor, termasuk militer Ukraina, kelompok separatis pro-Rusia, tentara bayaran asing, dan sukarelawan dari kedua belah pihak. Konflik ini telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah, dengan jutaan orang mengungsi dan banyak kota dan desa hancur.

Eskalasi Konflik dan Invasi Skala Penuh

Pada akhir tahun 2021 dan awal tahun 2022, ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali meningkat secara signifikan. Rusia mengerahkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina, yang menimbulkan kekhawatiran akan invasi skala penuh. Rusia membantah rencana untuk menyerang Ukraina, tetapi menuntut jaminan keamanan dari NATO bahwa Ukraina tidak akan pernah menjadi anggota aliansi tersebut. Pada tanggal 24 Februari 2022, Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina, yang menandai eskalasi dramatis dalam konflik tersebut. Invasi ini dikecam oleh sebagian besar negara di dunia dan menyebabkan sanksi ekonomi yang berat terhadap Rusia. Konflik ini masih berlangsung hingga saat ini dan memiliki dampak yang luas terhadap geopolitik global.

Dampak Konflik dan Prospek Masa Depan

Konflik antara Rusia dan Ukraina telah memiliki dampak yang luas terhadap ekonomi, politik, dan keamanan global. Konflik ini telah menyebabkan krisis pengungsi di Eropa, gangguan rantai pasokan global, dan peningkatan harga energi. Selain itu, konflik ini juga telah meningkatkan ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat, yang mengarah pada perlombaan senjata baru dan polarisasi politik yang lebih besar. Prospek masa depan konflik ini sangat tidak pasti. Ada beberapa kemungkinan skenario, termasuk gencatan senjata dan negosiasi damai, eskalasi konflik yang lebih lanjut, atau bahkan perang yang lebih luas yang melibatkan negara-negara lain. Apapun yang terjadi, konflik antara Rusia dan Ukraina akan terus menjadi isu penting dalam politik global selama bertahun-tahun yang akan datang.

So guys, itulah tadi sedikit pembahasan mengenai konflik Rusia dan Ukraina sejak kapan. Semoga artikel ini bisa memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai akar sejarah dan perkembangan konflik yang sedang terjadi. Keep learning and stay informed!.